Dibimbing oleh Shopiana, M.Pd., dosen pengampu mata kuliah Kewirausahaan, para mahasiswa memanfaatkan momen ini untuk menjajal kemampuan bisnis dalam suasana santai namun edukatif. Berbagai produk dijajakan, mulai dari makanan ringan, minuman kekinian, hingga merchandise buatan sendiri.
Salah satu peserta, Siti Khadijah, tampak menonjol dengan gaya promosi yang kreatif. Ia membawa papan bertuliskan "BOS MUDA" dan memanfaatkan pose visual yang menarik ala media sosial.
“Kami diajarkan untuk tidak hanya menjual barang, tapi menjual keberanian. Ini latihan mental untuk tampil percaya diri,” ujarnya.
Lebih dari sekadar berdagang, mahasiswa juga mengasah kemampuan komunikasi, kerja sama tim, dan membangun branding pribadi. Kegiatan ini mendapat respons positif dari lingkungan kampus dan masyarakat sekitar.
Menurut Shopiana, pendekatan praktik ini merupakan strategi pembelajaran yang menyentuh langsung pada realitas.
“Kita ingin mahasiswa tidak hanya siap kerja, tapi siap menciptakan pekerjaan. Mereka belajar mencium peluang, mengenali risiko, dan membentuk karakter pengusaha yang jujur serta tangguh,” jelasnya.
Beberapa kelompok menambahkan sentuhan nilai melalui poster-poster bertema etika dagang. Salah satunya bertuliskan, “Ulama berdagang, bukan dagang jadi ulama.” Sebuah sindiran halus namun reflektif, menggambarkan pentingnya integritas dalam bisnis.
Praktik ini menjadi bukti bahwa kampus Islam mampu beradaptasi dengan tantangan zaman. STAI Nurul Ilmi Tanjungbalai tak hanya mendidik calon ulama, tetapi juga menanamkan jiwa usaha berlandaskan nilai.
*Suhairi*
_2.jpg)
