Palembang, detiksatu.news ||Pendidikan adalah hak asasi setiap individu, termasuk anak-anak miskin. Sebagai masyarakat yang beradab, kita memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa semua anak, terlepas dari latar belakang ekonomi mereka, mendapatkan akses ke pendidikan yang layak. Namun, saat ini, kesenjangan pendidikan antara anak-anak miskin dan anak-anak berkecukupan masih menjadi masalah serius yang perlu kita kritisi.”
“Selain itu, kesenjangan pendidikan sering kali diperparah oleh sistem pendidikan yang tidak merata dan tidak adil. Anak-anak miskin sering kali menghadapi diskriminasi dalam hal pemilihan sekolah, pengajaran yang rendah mutu, dan kurangnya dukungan dari pemerintah. Perbedaan dalam fasilitas dan sumber daya antara sekolah di daerah kaya dan daerah miskin menciptakan jurang pendidikan yang memperdalam ketidaksetaraan.”
Demikian yang ditegaskan oleh Ketua Umum DPP GENCAR Indonesia Charma Afrianto SE, usai jihad (Aksi) di kantor Gubernur Sumatra Selatan mengkritisi kebijakan publik yang dianggap merugikan calon peserta didik dalam kapasitas SPMB 2025 khususnya SPMB di sejumlah Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMAN/SMKN) di Kota Palembang, Senin (26/5/25).
Lebih dalam Charma menegaskan Tes Kompetensi Akademi (TKA) SMA sebaiknya dilakukan secara manual karena beberapa alasan.
” Tidak semua peserta memiliki handphone yang memadai untuk melakukan tes online. Artinya koneksi internet tidak stabil dapat menyebabkan gangguan selama tes. Mereka variatif, bukan hanya anak pejabat saja, ada bapaknya tukangnya ojek, tukang beca, buruh dan lainnya. Calon siswa mungkin belum terbiasa dengan format tes online, sehingga dapat mempengaruhi hasil tes,” tutur Charma.
Keamanan dan Integritas
Tes manual dapat mengurangi risiko kecurangan dan pelanggaran keamanan yang mungkin terjadi pada tes online. Tes manual juga memungkinkan siswa untuk lebih fokus pada materi yang diujikan.
Penilaian
Tes manual memungkinkan pengawas tes untuk memberikan penilaian yang lebih akurat dan objektif. Siswa dapat menunjukkan kemampuan mereka secara lebih baik melalui jawaban tertulis.
Dengan demikian, tes kompetensi akademi SMA sebaiknya dilakukan secara manual untuk memastikan hasil yang akurat dan adil.
Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) melalui aplikasi SPMB online diduga dikendalikan oleh siluman.
“Saya meminta kepala dinas pendidikan dan Gubernur Provinsi Sumatra Selatan menerbitkan kebijakan untuk SPMB dilakukan melalui tes manual, karena aplikasi SPMB online ini dikendalikan oleh siluman. Jadi hentikan carut marut dalam dunia pendidikan ini untuk menghindari manipulasi dan pungli,” pungkasnya.( Ril )
( MOH. SANGKUT )