Iklan

Iklan

Iklan

Ustadz Ismail Asso: Agama Dan Politik

Redaksi
Minggu, September 21, 2025 | Minggu, September 21, 2025 WIB Last Updated 2025-09-21T15:46:35Z
Agama Pendatang Baru Tidak Bisa Meniadakan Apalagi Menghapus Hak - Hak Dasar Konstitusi Orang Asli Papua.


Ismail Asso, Pendiri Pondok Pesantren Al- Hidayah Firdaus Asso, Koya Koso Jayapura Papua.


Ketika PSU PILGUB Propinsi Papua, Gereja Kristen Injili (GKI), Papua pasang badan mendukung Kader-nya, seolah menegaskan sikap selama ini: "Papua Tanah Injil", dengan terang-terangan mendukung paslon nomor urut 01, Benhur Tommy Mano - Contan Carma (BTM-CK).


BTM Demokrat Sejati.


Tommy Mano, sebagai Calon Gubernur, selama ini dikenal sangat demokratis dan moderat, sejak awal beliau mencari-ingin calon pasangannya (wakil), Calon Gubernur dari unsur Islam. 

Nama, Dr Tony Wanggai, disebut calon Wakilnya, tapi disalib, Komjendpol (Prn), Paulus Waterpauw, lebih dulu gandeng mantan Ketua PWNU Papua, sebagai calon wakil refresentasi kemajemukan masyarakat Papua.

Namun Kaka PW, demikian sapaan, (Prn) Jenderal Bintang Tiga ini, tak dapat dukungan Partai. Otomatis gugur. Seluruh Partai mendukung calon lain yang lebih kuat, Matius Fakhiri (MDF) sebagai Calon Gubernur Papua, kini pemenang PSU Pilgub Papua sesuai putusan resmi MK RI.

Disini mau menjelaskan sedikit bahwa sosok Benhur Tommy Mano (BTM) sejatinya sangat moderat dan demokratis. Pengalamannya Walikota Jayapura (10 Tahun) dan Staf Kementerian Sosial RI, cukup menjelaskan BTM sangatlah moderat dan demokratis. Beliau bukan tokoh dan calon Gubernur sektarian, konservatif, primordial seperti diduga dan dinarasikan publik.

Putaran pertama yang hasilnya PSU, Wakil BTM, Yerimias Bisay, mantan Bupati Kanupaten Waropen, Wilyah Adat Saireri, digugurkan MK RI, karena tak memenuhi syarat administrasi terseret kasus pribadi (KDRT). Otomatis Pilgub Papua diputuskan PSU.

Politik Identitas

Calon Wakil BTM pasca gugurkannya Yerimias Bisay, muncul beberapa nama dan BTM memilih Constan Carma, mantan Sekda Papua, terakhir menjabat Sekretaris GKI Tanah Papua, bersama Mantan Gubernur dan Duta Besar RI, Mexico, Barnabas Suebu. 

Dipilihnya Contan Carma (CK), langsung muncul politik identitas, sekurangnya, semacam me-reproduksi politik identitas agama, GKI Papua secara tak langsung seolah me-revitalisasi identitas politik dengan simbolisasi agama dalam PSU Papua.

Contan Carma sebagai Sekretaris GKI di Tanah Papua, otomatis membawa nuansa baru konstelasi politik Tanah Papua, dengan label primordialisme identitas Calon pemimpin Papua dilihat dari aspek latar belakang agama, sesuatu yang di Eropa (Jerman), yang pertama membawa agama Kristen ke Tanah Papua sudah memisahkan agama dan filsafat melalui pemikir Jerman, Immanuel Kant (1724-1804). 

Bahkan Friedrich Nietzsche, (1844-1900), menganggap manusia sudah membunuh Tuhan dan Tuhan sudah mati jadi manusia menjadi Tuan, tidak penting pikir Tuhan. Friedrich Nietzsche, menuduh Immanuel Kant filosof teolog mencoba memasukkan unsur agama dalam filsafat kehidupan dunia manusia.

Didunia Barat yang dominan dewasa ini paham agnostisisme, mereka menganggap hal-hal yang bersifat eskatoligi seputar kejelasan dan ketidakjelasan sesudah kematian dan eksistensi Tuhan adalah cerita agama sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya secara empiris. 

Barat yang selama ini dianggap Kristen, agama hanya sebatas etika malah tidak penting. Amerika Serikat misalnya dan konstitusi negara itu dibuat oleh Thomas Jeferson yang manggaku beragama Katolik, tapi menganut deisme, yaitu mengambil kebaikan semua nilai agama dan kepercayaan diatas mayoritas penduduk Kristen Protestan lebih secular. 

Konstitusi Amerika akhirnya dilihat lebih sebagai protestanisme etik bukan negara agama Kristen Protestan. Konstitusi atau Pancasila-nya Amerika mengambil nilai kebaikan semua agama sebagai etika politik bukan negara teokrasi agama Kristen.

Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Italia, di mana dominasi Agama Katolik Roma berkedudukan, sejak munculnya philosof Nicolo Machiavelli (1469-1527), revitalisasi politik berbaju agama dibatasi dan memisahkan hanya di Vatikan. Nocolo’ Machiavelli dianggap pemikir politik yang buruk dan pemikirannya berasal dari pengalaman pribadinya sebagai diplomat politik negara Itali.

Inti pikirannya negara menghalalkan segala cara dengan landasan hukum (konstitusi) yang dibuatnya merampas, merampok, secara licik dan tidak sah mengambil kekayaan alam rakyat, dengan dalih (alasan) untuk kepentingan negara, milik negara dan bangsa lain persis yang sedang terjadi saat ini di Papua bukan?

Politik Identitas

Suasana kampanye lebih kental nuansa spirit sektarianisme primordial. Sejak munculnya Calon Wagub BTM- Constan Karma. Simbol-simbol sektarian direproduksi menunjukkan dominasi kampanye PSU berhadapan dengan MDF yang dianggap Calon ber-agama non mayoritas penduduk Asli Papua yang didukung mayoritas Partai dari Jakarta.

Semangat keagamaan, Tokoh Agama GKI, secara terang-terangan turun gunung, mendominasi diberbagai mimbar kesempatan kampanye mengkampanyekan semangat keagamaan dengan mendeskreditkan kompatitornya (MDF-Mario) sebagai calon feriveral yang lebih sebagai kepentingan Pusat, mengingat MDF, sebagai orang Kota (lahir besar di kota rantauan), secara cultural non Wilayah Adat Tabi-Saireri.

Politisasi Agama

Dukungan ini seakan mau menegaskan irrasionalitas teologi kepada publik bahwa “Papua Tanah Injil”, Tanah Milik Agama tertentu, menegasikan Calon Gubernur Papua, Matius Fakhiri (MDF- MARIO) yang MUSLIM/Muallaf (pindah agama Islam dari Kristen) kurang layak kalau bukan ditolak secara halus

Siang-malam-pagi-sore secara demonstratif seluruh Pendeta GKI terus berdoa memuja-muji Tuhan untuk kemenangan BTM - CK. Ini mungkin lebih karena ada calon Wakil Gubernur BTM pengurus PGI Tanah Papua.

Pemilih Rasional 

Fenomena macam ini tak semata hanya terjadi pertama di Tanah Papua. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta antara pendukung Ahok dan Anis Baswedan pernah terjadi. 

Namun demikian pemilih Papua adalah pemilih rasional (rakyat Papua pemilih cerdas dan tidak bisa dibodohi cerita irrasional). Munculnya dominasi politik identitas sektarian tak bisa membatasi daya kritisme rakyat menentukan pilihan politik mereka secara rasional secular.

Karena dimensi secularisme muncul di Eropa seperti diceritakan diatas dengan Tokoh Immanuel Kant, atau tokoh antagonis Friedrich Nietzsche dan Machiavelli menunjukkan sendi-sendi regiliusitas masyarakat Papua berorientasi lebih ke arah sekularisme.

Sehingga revitalisasi politik identitas primordial di Papua, landasan hukumnya kurang menghunjam ke tanah, sebaliknya akar secularisme dan Kristen Protestan yang diantar ke Papua oleh Otto-Geisler di Pulau Mansinam, Manukwari, Papua Barar, yang berasal satu habitat sama dengan munculnya pemisahan agama dan filsafat politik di Eropa khususnya Jerman dan Italia lebih mewarnai tata kelola pengaturan kehidupan Papua kedepan.

*** ***
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ustadz Ismail Asso: Agama Dan Politik

Trending Now

Iklan

iklan