Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) pasca bencana alam di Kabupaten Mandailing Natal mulai berdampak serius pada sektor pendidikan. Sejumlah orang tua dari berbagai desa mengeluhkan anak-anak mereka terpaksa tidak masuk sekolah karena sulitnya mendapatkan BBM untuk transportasi. Selasa (2 Desember 2025)
Minimnya pasokan BBM membuat aktivitas masyarakat terhambat, terutama bagi warga yang tinggal jauh dari pusat kecamatan dan mengandalkan sepeda motor atau perahu untuk mengantar anak ke sekolah. Kondisi ini menyebabkan kehadiran siswa di sejumlah sekolah menurun drastis dalam beberapa hari terakhir.
Seorang kepala sekolah menceritakan bahwa salah satu siswanya harus berjalan kaki hampir 9 kilometer setiap hari karena tidak ada angkutan yang beroperasi akibat kelangkaan BBM. “Kasihan sekali melihat kondisi anak-anak. Mereka tetap ingin sekolah, tapi situasi benar-benar sulit. Semoga ini segera terkendali,” ujarnya.
Kisah serupa datang dari seorang ibu yang mengaku anaknya terpaksa berjalan kaki sejauh 5 kilometer. Selain tidak adanya angkutan umum, kemacetan panjang di beberapa titik SPBU juga membuat banyak orang tua tidak dapat mengantar anak mereka tepat waktu.
Warga berharap pemerintah daerah maupun pusat dapat memberikan perhatian khusus terhadap situasi ini. Beberapa orang tua bahkan mengusulkan agar sekolah diliburkan sementara hingga pendistribusian BBM kembali normal agar keselamatan dan kondisi anak-anak tetap terjaga.
Di lapangan, kelangkaan BBM juga memicu praktik penjualan minyak eceran dengan harga jauh di atas normal. Info dari warga Sejumlah pedagang eceran diketahui menjual BBM dengan harga Rp30.000 hingga Rp40.000 per liter, itupun dengan stok yang sangat terbatas.
Masyarakat berharap distribusi BBM berjalan lancar agar aktivitas pendidikan dan keseharian warga dapat kembali normal.
( Tega Kurnia )