Iklan

Panggung Rakyat Pulau Kera: “Relokasi Bukan Solusi, Mari Berjuang Bersama!”

Redaksi
Minggu, Juni 01, 2025 | Minggu, Juni 01, 2025 WIB Last Updated 2025-06-01T09:28:33Z
Pulau Kera, detiksatu.news – Pulau  yang selama ini dikenal sebagai pulau yang tenang dan sunyi, mendadak berubah ramai dan penuh semangat perjuangan. Pada saptu malam, 31 Mei 2025, warga Pulau Kera bersama mahasiswa dan organisasi rakyat menggelar Panggung Rakyat bertajuk “Relokasi Bukan Solusi, Mari Berjuang Bersama Pulau Kera”.

Acara yang diprakarsai oleh Front Mahasiswa Nasional (FMN) Cabang Kupang ini menjadi simbol penolakan terhadap rencana relokasi warga Pulau Kera yang menuai polemik. Hadir pula organisasi Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) NTT, serta seluruh elemen masyarakat yang bersatu dalam satu semangat: mempertahankan tanah dan identitas mereka.

Acara dimeriahkan dengan pertunjukan budaya—tarian tradisional, puisi perlawanan, pidato perjuangan, hingga seni rakyat lainnya—yang menggambarkan betapa kuatnya ikatan antara warga dan tanah yang mereka tempati selama puluhan tahun.




FMN: “Kami Datang Sebagai Saudara Seperjuangan”

Dalam sambutannya, Ketua FMN Cabang Kupang, Bung Vino, menegaskan bahwa kehadiran mereka bukan sekadar simbolik.

“Kami datang sebagai bagian dari rakyat yang peduli. Kehadiran kami di sini bukan kunjungan biasa, ini adalah bagian dari komitmen perjuangan kami untuk berdiri bersama warga Pulau Kera melawan ketidakadilan,” tegasnya lantang.



Ia juga menyentil pemerintah daerah yang menggulirkan relokasi tanpa dialog terbuka.

“Rakyat Pulau Kera bukan objek yang bisa dipindahkan sesuka hati. Mereka punya hak hidup, hak atas tanah, dan hak menentukan masa depan. Relokasi tanpa kejelasan hanyalah bentuk lain dari pengabaian terhadap rakyat kecil,” tambah Vino dalam orasinya.





Warga Bicara: “Kami Tak Sendiri Lagi, Kami Akan Bertahan!”

Suasana semakin haru saat Bapak Nofri, mewakili warga Pulau Kera, menyampaikan sambutan penuh emosi di atas panggung.

“Dulu kami berpikir perjuangan ini kami jalani sendiri. Tapi malam ini kami sadar: kami tidak sendiri. Teman-teman mahasiswa datang bukan membawa janji, tapi membawa semangat dan keberanian. Kami akan bertahan di Pulau Kera sampai kapan pun!” serunya disambut tepuk tangan meriah.



Ia menegaskan bahwa Pulau Kera bukan milik satu suku atau kelompok.

“Pulau ini milik semua. Bajo, Rote, Timor—semua ada di sini. Dan lebih dari itu, Pulau Kera adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kami berhak tinggal di tanah ini karena kami warga negara, karena kami bagian dari demokrasi!” tegasnya.




AGRA NTT: “Negara Telah Menunjukkan Wajah Aslinya”

Ketua AGRA NTT, Fadli Anetong, menambahkan bahwa relokasi ini mencerminkan wajah asli kekuasaan yang anti-rakyat.

“Negara lewat Kabupaten Kupang telah menunjukkan karakternya: anti terhadap rakyat miskin, anti terhadap demokrasi. Tapi dengan segala keterbatasan, rakyat mampu melawan dan mempertahankan haknya,” ujarnya.



Fadli juga menyinggung klaim sepihak bahwa warga Pulau Kera adalah “pendatang”.

“Jika mereka bilang suku Bajo adalah pendatang, maka mari kita buka sejarah: nenek moyang kita adalah pelaut. Suku Bajo adalah penjaga lautan Nusantara sejak dulu. Tidak ada kata pendatang di negeri sendiri!” tegasnya penuh semangat.




Semangat Menyala, Perjuangan Terus Menanjak

Panggung rakyat malam itu menjadi pengingat bahwa Pulau Kera bukan sekadar pulau kecil di Nusa Tenggara Timur. Ia adalah simbol perjuangan rakyat melawan relokasi paksa, simbol keberanian melawan kekuasaan yang membungkam suara-suara kecil.

Acara ditutup dengan pekikan semangat dari warga dan mahasiswa:

“Pulau Kera bukan milik investor! Pulau Kera adalah rumah rakyat! Relokasi bukan solusi, perjuangan adalah jalan!”



Reporter: Djohanes Bentah
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Panggung Rakyat Pulau Kera: “Relokasi Bukan Solusi, Mari Berjuang Bersama!”

Trending Now

Iklan

iklan